Sugeng Rawuh



Mangasah Mingising Budi, Mamasuh Malaning Bumi,Memayu Hayuning Bawana

Friday, March 2, 2012

BANCAKAN: SARANA MENGENAL DIRI dan TUHAN

Dalam Masyarakat Jawa umumnya tidak asing lagi dengan bentuk Tradisi seperti ini. Di jaman sekarang ini ditambah dengan majunya teknologi banyak Orang Jawa yang mulai meninggalkan Tradisi Bancakan seperti ini, Bagi orang2 yang sudah terbiasa dengan "Akal Logika", kiranya akan sedikit tidak mengerti apa  maksud dari semua ini, seringkali Tradisi seperti ini dianggap sebagai Bentuk pemujaan terhadap Roh-roh Gaib. Padahal sebetulnya makna yang terkandung dari Tradisi Bancakan ini sungguh sangat Luhur dan Tinggi. Sungguh menarik karena sejak dulu kala Para nenek moyang dan Leluhur, dalam menyampaikan Petuah dan Ajaran tentang Hidup ini tidaklah ditulis pada selembar kertas,melainkan menggunakan apa yang ada di Alam ini sebagai sarananya (Bunga,Buah,Ayam,Air, Dll). Karena bagi Ajaran Jawa, Alam ini (Jagad Kang Gumelar) merupakan "Ayat-ayat Kehidupan" dari Sang Hidup itu sendiri. Dalam Tradisi Bancakan Ubarampe yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.Tujuh Macam Sayuran: kacang panjang dan kangkung , kubis, kecambah/tauge yang panjang, wortel,  daun kenikir, bayam, dll bebas memilih yang penting jumlahnya ada 7 macam. Mengapa harus berjumlah 7? Tujuh macam sayuran (Jawa:Pitu), merupakan simbol harapan akan adanya Pitulungan (pertolongan ) dari Tuhan. Kacang panjang dan kangkung haruslah tetap apa adanya (tidak diiris), sebagai simbol panjang rejeki, panjang umur, panjang usus (sabar), panjang akal..
2.Telur Ayam: Juga berjumlah 7 atau 11. Tujuh sebagai simbol (Pitulungan) dan sebelas sebagai simbol (Kawelasan). Telur merupakan asal muasal terjadinya Makhluk Hidup, dengan adanya telur dalam ubarampe Bancakan, diharapkan Manusia selalu Eling Sangkan (Ingat akan asal muasalnya). Dalam pewayangan Telur juga melambangkan proses terjadinya Dunia ini.
3. Gudangan (Urap): Bisa dibuat pedas maupun tidak. Untuk Bancakan usia 8 tahun keatas biasanya dibuat bumbu Pedas. Sebagai perlambang bahwa di usia tersebut seorang Manusia sudah mulai merasakan Pahit,manis dan Getir serta pedasnya Kehidupan ini untuk menuju kepada Kedewasaan. Di usia tersebut seorang anak sudah mulai melakukan sosialisasi untuk menjadi Pribadi-pribadi yang mumpuni, pinunjul dan Bermanfaat bagi kehidupan ini.
4.Umbi-umbian: 1) polo gumantung (umbi yang tergantung di pohon misalnya; pepaya), 2) polo kependem (tertaman dalam tanah) misalnya telo (singkong), 3) polo rambat atau yang merambat misalnya ubi jalar.  4) kacang-kacangan bisa diwakili dengan kacang tanah. Semuanya direbus kecuali papaya. 
5.Pisang Raja: Pisang memiliki Filosofi yang tinggi bagi Masyarakat Jawa. Kita diharapkan selalu belajar dari Pohon Pisang yang memiliki keunikan Tidak akan mati sebelum berbuah dan selalu berbuah walau ditanam dimanapun juga.
6.Nasi Tumpeng:  nasi tumpeng sebagai wujud doa, sekaligus gambaran keadaan Dunia inii. Segala macam dan ragam yang ada di dunia ini adalah Bersumber dari Yang Satu. Dilambangkan sebagai tumpeng berbentuk Kerucut di atas. Makna lainnya yaitu bahwa segala macam Doa merupakan upaya sinergisme kepada Tuhan. Oleh sebab itu, dibagian bawah Tumpeng berbentuk lebar dan besar, semakin keatas semakin kerucut hingga bertemu dalam satu titik. Satu titik itu menjadi pucuk atau  penyebab dari semua yang ada (causa prima) melambangkan Tuhan yang menjadi Pusat dari segala Episentrum
7.Cabe Merah : Cabe ditancapkan vertikal dan Horisontal diatas Tumpeng sebagai perlambang Gairah dan Semangat Manusia untuk menggapai Pengenalan dan Kemanunggalan dengan Sang Hidup (Vertikal), serta Hubungan Manusia dengan segala Makhluk di Bumi ini (Horisontal). Kiranya itu dulu yang dapat kami sampaikan, semoga apa yang ada ini paling tidak dapat memberi "sedikit" manfaat bagi kita semua..Sebetulnya masih banyak Uba Rampe dalam Tradisi Bancakan yang masih perlu untuk kita pelajari, Lain waktu kita sambung lagi........RAHAYU

No comments:

Post a Comment